Iedul Adha Sebagai Sarana memahami millah ibrahim  

Posted by: Uwais Abdulloh in

Oleh: Uweis Abdulloh
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، َأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رسول الله الذ بلغ الرساله وعد الأمانه ونصح الأمة زجاهد في الله حق جهاده حتى لاتكون فتنه ويكون الدين كله لله
اللهم صل على محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ {}.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {}.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا {} يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أما بعد:
فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثةٍ بدعة وكل بدعةٍ ضلالة وكل ضلالةٍ في النار.
الله أكبر الله أكبر ...لا اله إلا الله ...الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Kaum muslimin sidang jama'ah iedul adha yang semoga di rahmati oleh Alloh…
Hari ini kaum muslimin di seluruh belahan dunia menggemakan suara takbir memuji akan kebesaran Alloh subhanahu wata'ala dalam rangka menyambut hari raya iedul adha. Di belahan bumi sebelah barat tepatnya arah kita berkiblat ketika melaksanakan shalat, yaitu ka' bah telah berkumpul jutaan kaum muslimin dari berbagai suku bangsa dan warna kulit mereka menunaikan ibadah haji, menyambut seruan Alloh:
لبيك اللهم لبيك... لبيك لا شريك لا لبيك
Diriwayatkan dari Annas bin Malik bahwa pada suatu ketika Rosululloh Shollallohualaihi wasallam tertidur sejenak kemudian mengangkat kepalanya sambil tersenyum, lantas para sahabatpun bertanya: Wahai Rosululloh mengapa engkau tersenyum? Ia pun bersabda:
إنه أنزلت علي أنفا سورة فقرأ إنا أعطيناك كالكوثر..........الخ
"Sesungguhnya baru saja turun kepadaku ayat: Sesungguhnya aku telah memberikan kepadamu Al-kautsar, maka sholatlah dan menyembelihlah"
Kemudian Rosululloh bertanya kepada sahabatnya: " Tahukah kalian apa itu alkautsar? Mereka menjawab Alloh dan Rosulnya yang lebih tau. Beliau bersabda :
هو نهر أعطانيه الله ربّي عزوجل في الجنة عليه خير كثير ترد عليه أمتي يوم القيامة أنيته كعددالكواكب
"Dia adalah sungai yang Alloh berikan kepadaku di sorga padanya terdapat kebaikan yang banyak yang akan di datangi oleh Ummatku dan padanya terdapat bejana yang jumlahnya laksana bintang yang bertaburan di langit"
فصل لربك وانحر
Di dalam addurrul mansur fi tafsiiril ma'tsur yang di karang oleh abdurrohman jalaluddin as-suyuty menukil perkataan qotadah bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah: Sholatlah Iedul Adha lantas sembelihlah binatang Qur'ban.
Allohu akbar, Allohu akbar walillahilhamd
Kaum muslimin sidang jama'ah Iedul Adha yang semoga di rahmati oleh Alloh…
Hari iedul adha adalah hari di sunnahkannya berqur'ban. Dari A'isyah Rodiallohuanha berkata bahwa Rosululloh Saw bersabda:
ما عمل أدمي من عمل يوم النحر أحب الى الله من إراقة الدم
Tidaklah seorang anak adam melakukan suatu amalan yang lebih di cintai oleh Alloh pada hari Adha kecuali meneteskan darah binatang Qur'ban
Di dalam hadits lain di sebutkan bahwa Rosululloh bersabda:
من وجد سعة ولم يضحي فلا يقربن مصلناهذا
Yang artinya:" Barangsiapa yang mendapatkan keluasan harta namun ia tidak mau berkorban maka janganlah mendekat ke tempat sholat kami ini".
Dengan berqurban kita bias membantu sesama kaum muslimin, dan sisi lain dengan berqur'ban akan mengingatkan kita terhadap kisah kholilulloh Ibrohim alaihissalam dan anak beliau Isma'il dalam rangka menta'ati perintah Alloh Swt.
Ibrohim alaihissalam adalah seorang hamba yang sholeh di lahirkan di daerah Baghdad Irak. Semenjak di pilih oleh Alloh untuk menjadi nabi, Beliau menyeru kaumnya untuk beribadah kepada Alloh dan menjauhi perbuatan syirik yaitu menyembah selain Alloh. Ia datang kepada ayahnya untuk menda'wahinya namum ayahnya pun menolak, demikian pula kaumnya. Bahkan dikarenakan kebencian mereka terhadap da'wah Ibrohim mereka sepakat untuk membakarnya hidup-hidup, tidak ada daya bagi ibrohim kecuali hanya mengucapkan " Hasniyalloh wa ni'mal wakiil ". Hingga terjadilah sebuah mu'jizat, Alloh menyelamatkannya dari kobaran api tersebut. Alloh berkata kepada api yang menyala sebagaimana di abadikan di dalam al-qur'an
كوني بردا وسلاما علي إبراهيم
"Jadilah kamu dingin dan penyelamat atas Ibrohim"
Maka berubahlah api tersebut menjadi dingin dan akhirnya ibrohimpun selamat dari bahaya itu. Didalam kitab qososul anbiya' di sebutkan bahwa setelah sekian lama beliau menyeru kaumnya namun tidak ada yang menerima seruannya kecuali beberapa gelintir manusia maka beliaupun berhijroh ke daerah yang bernama haroon. Sembari mengeluarkan pernyataan yang di abadikan di dalam alqu'an:
إنا برءاء منكم ومما تعبدون من دون الله كفرنا بكم وبدا بيننا وبينكم العداوة والبغضاء أبدا حتى تؤمنو بالله وحده
sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa-apa yang kalian sembah selain Alloh dan nampak antara kami dan kalian permusuhan sampai kalian beriman kepada Alloh semata. (Al-Mumtahanah : 4)
Suatu ketika menjelang lanjut usia, sepulang dari hijroh ke mesir Sarah berkata kepada Ibrohim "Wahai Ibrohim sesunggunya aku telah lanjut usia namun kita belum juga di karuniai seorang anak, aku kasihan terhadap dirimu maka bagai mana kalau sekiranya engkau menikahi saja budak saya yang bernama hajar? mungkin saja darinya engkau akan bisa mendapatkan seorang anak". Ibrohim pun menerima tawaran tersebut dan menikahi hajar. selang beberapa waktu hajarpun hamil dan melahirkan seorang anak bernama Isma'il. Makin hari rasa cemburu sarah terhadap hajarpun mulai tumbuh dan membakar perasaannya hingga pada puncaknya sarah meminta agar menjauhkan hajar dari pandangannya. Ibrohimpun membawa hajar dan Isma'il yang ketika itu baru berumut 3 bulan, menyusuri perjalanan selama satu bulan hingga sampailah mereka kesebuah tempat yang bernama makkah. Namun ketika itu makkah adalah daerah yang tandus dan tak berpenghuni. yang ada hanyalah padang pasir membentang luas tanpa pepohonan dan sumber air. Ibrohim meninggalkan anak istrinya di tempat tersebut, seakan akan hajar tidak pecaya ketika Ibrohim hendak meninggalkannya, ia bertanya "hendak kemana engkau wahai Ibrohim? apakah akan engkau tinggalkan aku dan anakmu di tempat semacam ini.. Ibrohim pun tetap pergi tak menjawab, Hingga hajarpun berteriak lagi "Wahai Ibrohim apakah Alloh yang memerintahkanmu semacam ini? ya..allohlah yang memerintahkan..! Mendengar jawaban itu hajarpun tak menanyainya lagi karena ketaatan dia kepada perintah Alloh dan ia sangat yakin kalau Alloh tidak akan menelantarkannya.
Selang beberapa hari semenjak kepergiah Ibrohim makanan dan minuman yang di tinggalkan oleh ibrohimpun mulai berkurang dan akhirnya habis. Milihat anaknya yang mulai kehausan hajarpun berlari-lari kecil ke daerah shofa, berharap ada orang yang lewat di daerah sana, namun tak ada seorangpun. ia melihat kebelakang ke daerah marwa dan berlari-lari kecil berharap ada orang yang bisa menbantunya namun tak seorangpun yang ada. sampai ia ber bolak balik hingga 7 kali, itulah penyebab di syari'atkannya sa' yi lari lari kecil bagi para jamaah haji dari shofa dan marwa sebanyak 7 kali. Hingga akhirnya terjadilah suatu keajaiban yaitu munculnya sumber air zam-zam, para pedagang yang melintasi da'erah tersebut meminta air dan menukarnya dengan makanan, dan lama kelamaan banyak manusia yang bertempat tinggal di tempat itu.
Setelah bertahun-tahun meninggalkan anaknya di lembah tersebut ibrohim pun mengunjunginya, dan betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan daerah yang dahulunya tandus tak berpenghuni namun kini menjadi suatu tempat yang subur dan mulai ramai di huni oleh manusia. Setelah berjumpa dengan anak dan istri yang telah lama berpisah Alloh ingin kembali menguji keimanan Ibrohim dan Isma'il:
فلما بلغ معه السعي قال يا بني اني ارى فى المنام أني اذبحك فانظر ماذا ترى( )قال يا ابت افعل ما تؤمر ستجدني ان شاءالله من الصابرين( )
Alloh memberikan wahyu kepada Ibrohim agar menyembelih Ismail,"wahai anak ku aku bermimpi dalam tidur bahwa aku menyembelih dirimu, maka bagai mana menurut pendapatmu.? Ismailpun menjawab: wahai ayahku laksanakanlah apa yang di perintahkan oleh Alloh niscaya engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang bersabar. Subhanalloh...tanpa rasa gentar demi melaksanakan perintah Alloh ismail pun rela mengorbankan nyawanya sekalipun demi mentaati perintah Alloh. dan ketika ismail telah pasrah untuk di sembelih dan telah di baringkan di atas tanah maka Alloh menyeru agar mengganti ismail tesebut dengan seekor domba yang disembelih.
Allohu akbar..2x walillahilhamd
Dari penggalan kisah diatas maka seharusnya kita mengambil contoh kepada nabi ibrohim, sebagai salah satu potret bagimana seharusnya seorang hamba mengabdikan dirinya kepada Alloh. Ibrohim membangun kehidupannya diatas aqidah yang benar, wala’ wal baro yang jelas. Kepada siapa ia harus memberikan loyalitas berupa kecintaan dan dukungan dan kepada siapa ia harus berlepas diri dan memberikan kebencian. Ini adalah aqidah yang diyakini oleh ibrohim alaihissalam dan merupakan inti dari dawah seluruh nabi dan rosul. Sebagai mana Alloh telah jelaskan dalam al-qur’an:
قد كانت لكم أسوة حسنة في ابراهيم والذين معه اذ قال لقومه انا برءاء منكم ومما تعبدون من دون الله كفرنا بكم وبدا بيننا وبينكم العداوة والبغضاء ابدا حتى تؤمنو بالله وحده
Di ayat lain Alloh subhanahu wata'ala berfirman "Sekali kali kalian tidak akan mendapatkan orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir itu akan berkasih-kasihan dengan musuh-musuh Alloh, meskipun mereka adalah bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara mereka atau keluarga mereka "
Kelurusan aqidah wala’ wal baro inilah yang menjadikan ibrohim tegar dalam menerima tantangan dari orang-orang musrik, beliau tidak gentar sedikitpun meski nyawa menjadi taruhan bagi keyakinannya. Ibrohim tidak gentar meski harus dibakar dengan api. Demikian pula istri dan anak beliau rela mederita dalam rangka mentaati perintah Alloh yang mana ini merupakan hasil didikan dari sesosok ibrohin yang menanamkan kepada anak istri beliau aqidah yang benar.
Allohu akbar...2x walillahilhamd
Wala wal baro sebagaimana yang dicontohkan oleh ibrohim adalah inti dari pada tauhid yang banyak dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Padahal kalimat “laa ilaaha illallaah” sendiri adalah merupakan pernyataan wala wal baro, yaitu seseorang berlepas diri dan memusuhi sesembahan selain Allah dan mereka yang menyembah selain Alloh. Sehingga kita saksikan bangunan islam tidak dibangun diatas wala’wal baro’ sangatlah rapuh dan mudah tergoyahkan. Laksana bangunan yang dibangun diatas pondasi yang lemah maka akan mudah roboh dengan terjadinya kegoncangan.
Demikianlah kenyataan yang bisa kita saksikan pada saat ini, di kerenakan sebahagian kaum muslimin tidak mengetahui kepada siapa ia harus berteman dan kepada siapa ia harus berlepas diri maka mereka mudah dipengaruhi oleh berbagai syubhat (kerancuan berfikir) yang disebarkan oleh musuh-musuh islam. Mereka tertipu, sehingga menganggap kebenaran sebagai suatu kesalahan dan kesalah dianggap suatu kebenaran dikarenakan mereka memahami islam melalui pemahaman musuh-musuh islam. mereka menganggap saudaranya sesama muslim sebagai musuh dengan berbagai tuduhan dan di sisi lain justru mereka berlemah lembut dan mesra dengan musuh-musuh islam. Lidah-lidah mereka lebih senang untuk mencaci, mengutuk saudaranya sesama muslim dan memuji-muji musuh-musuh islam. Sungguh mereka adalah orang-orang yang sangat jauh dibandingkan dengan potret nabi ibrohim alaihissalam.
Allohu akbar..Allohu akbar... walillahilhamd
Dikerenakan lemahnya pemahaman sebahagian kaum muslimin dengan wala’ wal baro’ menjadikan mereka terhegemoni dengan pemikiran musuh-musuh islam. Sungguh mereka telah berhasil dengan gemilang dalam programnya mengahancurkan persatuan kaum muslimin. Mereka menggembor-gemborkan issu terorisme yang akhirnya juga di ikuti oleh sebahagian kaum muslimi tanpa tahu-menahu. Padahal kalau seorang mau cermat dalam menanggapi issu terorisme maka ia akan mendapatkan bahwa tuduhan itu sangatlah menyudutkan islam. Beberapa pengacara yang pernah menangani kasus terorisme mengatakan bahwa tuduhan itu bukanlah suatu keadilan karena standar yang digunakan untuk menjatuhkan fonis teroris adalah standar musuh-musuh yang memang memendam kebencian terhadap islam. Kita saksikan hampir dari sekian kasusus terorisme yang digembar gemborkan oleh amerika semuanya tertuju kepada kaum muslimin. Jarang atau bahkan tidak pernah di dapatkan terorisme di jatuhkan kepada selain islam
Padahal kaum muslimin telah menyaksikan dengan mata kepala diseluruh belahan dunia islam, kecuali mereka yang dibutakan matanya hati oleh Alloh sehingga tidak mengetahui kebenaran, berapa juta jiwa kaum muslimin yang tebantai di daerah Somalia, berapa juta jiwa kaum muslimin di Chechnya, afghanistan, palestina, irak, atau kejadian di Negara kita berapa ribu yang terbantai di ambon dan poso. Namun siapa yang berani mengatakan bahwa amerika sebagai teroris? Manakan yang lebih pantas disebut sebagai teroris? Ketahuilah kaum muslimin bahwa itu semua hanyalah Hegemoni.
Demikian pula dengan keadaan sebahagian kaum muslimin yang senang menjilat kepada penguasa, mereka ikut-ikutan menuduh saudara-saudaranya sesama muslim sebagai khowarij, bahkan dengan kalimat yang menunjukkan akhlak yang buruk yaitu menuduh dengan sebutan anjing-anjing neraka. Menganggap golongannya paling benar dan selainnya semua salah. Sungguh orang-orang yang semacam ini pada hakikatnya tidak bertanggung jawab dengan tuduhannya. Dalam banya kesempatan orang-orang semacam ini diundang untuk berdialog secara terbuka namun mereka tidak mau hadir dengan alasan tidak mau duduk bersama para ahlul bid’ah. Padahal kalau mereka mau mengakaji sejarah, bukankan Ibnu Abbasa pernah mendatangi dan berdialog kepada khowarij pada masa kehilafahan Aliy rodiallohu anhu? Bukankan imam malik mendatangi undangan diskusi bersama orang-orang filsafat? Bukankan imam abu hanifah juga demikia? Bukankan syaikhul islam Ibnu taymiyah juga mendatangi para ahlul batil untuk berdiskusi? Sungguh tuduhan mereka pada hakikatnya bahagian dari hegemoni yahudi, yang di balut dengan lipstik seakan menjadi sebuah kebenaran dengan menyelewengkan berbagai dalil-dalil syarie.
Allohu akbar…Allohu akbar… walillahil hamd
Oleh karena itu marilah kita jadikan momentum iedul adha ini sebagai saran bagi kita untuk kembali meyadarkan diri tentang pentingnya wala wal baro yang merupakan inti dari pada tauhid, kepada siapa seorang muslim harus memberikan loyalitas berupa kecintaan dan kasih saying dan kepada iapa seorang harus berlepas diri dan memberikan permusuhan. Jangan sampai kita terlarut dengan propaganda musuh-musuh islam yang akan semakin memperparah keadaan kaum muslimin. Ketahuilah bahwa memumusuhi saudara sesama muslim tanpa alasan yang benar adalah kesalahan yang fatal “ mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” . sayaikul islam ibnu taymiya berfatwa sebagaimana yang disebutkan di dalam majmu fatawa ibunu taymiyah bahwa mereka yang membunuh saudaranya sesama muslim dikarenakan ia memegang syariat islam maka sang pembunuh adalah kafir. Dengan demikian ketika seorang kafir meskipun ia tiap hari melakukan solat, mambayar zakat, membangun beberapa masjid dan yang lainnya maka tidak diterima disisi Alloh.
Hidup kita di dunia ini hanyalah sementara, standar rata-rata umur manusia itu hanyalah 60 th, hitunglah...mungkin telah sepertiga umur telah kita lalui, atauka mungkin telah setengah umur satandar kita lalui, atau kah mugkin kita telah mencapai umur 60 tahun yang menanti datangnya ajal yang sebentar lagi akan menjemput kita..? ketehuilah bahwa ajal akan segera menjemput kita dia akan datang kepada kita antara siang dan malam, bila tidak siang maka dia akan menjemput kita pada malam hari...setelah itu kita akan menuju kehidupan yang panjang pada perjalanan akhirat itu tidak berharga lagi harta yang kita kumpulkan di dunia. maka janganlah kita salah mengambil sikap dalam kehidupan ini. Persoalan wala wal baro sangatlah menentukan di kehidupana akhir kelak, barang siapa yang memberikan loyalitasnya kepad musuh-musuh islam maka ia akan dibangkitak bersamanya dineraka dan barang siapa yang memberikan loyalnya kepada kaum muslimin maka semoga Alloh mempertemukannya di jannah
Di akhir khutbah ini saya mengajak kepada diri saya pribadi dan jama'ah sekalian untuk menjadikan momentum iedul adha ini sebagai sarana yang bisa menyadarkan kita tentang hakikat ibadah kepada Alloh ....
marilah kita berdo'a kepada Alloh
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَىخُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَ انْصُرْهُمْ علَىَ عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّهِمْ. اَللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَ يُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَ يُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَ زَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظَّّالِمِيْنَ.
اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَ أَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا قَبْلَ اْلَمْوتِ تَوْيَةً وَعِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةً وَ بَعْدَ الْمَوْتِ رِضْوَانَكَ وَ الْجَنَّةَ. اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُؤْمِنِيْنَ طَائِعِيْنَ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ تَائِبِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأّلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَ عَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَ الْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَ الْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَ النَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ.
اللَّهُمَّ ارْفَعْ رَايَةَ الْإِسْلَامِ فَوْقَ الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَأَخْلِصْهَا مِنْ أَيْدِي الْيَهُوْدِ وَ النَّصَارَى اللَّهُمَّ احْفَظِ الْعُلَمَاءَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ قُوَادَ الْمُجَاهِدِيْنَ وَ ثَبِّتْهُمْ عَلىَ مَنْهَجِ نَبِيِّكَ وَ السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ وَ اهْدِهِمْ سَبِيْلَ الْهُدَى وَ الرَّشَادِ وَوَفِّقْهُمْ لِلْحَقِّ وَ مُتَابَعَتِهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَ لَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَ لَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَ اغْفِرْ لَنَا وَ ارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ بِالْأَخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Trik-trik menyikapi cobaan  

Posted by: Uwais Abdulloh in

By: uwais Abdullah al-qarniy

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh allah.
Pernah ada seorang lelaki yang giat melaksanakan shalat jama’ah di masjid, bahkan juga sering mengikuti kajian yang sering diadakan di masjid tersebut. Namun suatu ketika seusai melaksanakan shalat subuh masyarakat sekitar digemparkan dengan berita tentang bunuhdirinya seorang warga dengan cara menggantung diri. Betapa kagetnya sang istri ketika membuka pintu belakang hendak keluar dan mendapati sang suami mati dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Setelah diadakan pemeriksaan oleh pihak yang berwajib, maka diputuskan bahwa penyebab kematian murni karena bunuh diri dan tidak ada pihak lain yang sengaja membunuhnya.
Seribu pertanyaanpun muncul dibenak masyarakat, apa sebanarnya yang menyebabkan orang tersebut membunuh dirinya. Ternyata, ia adalah seorang leleki yang telah lama terjangkit suatu penyakit yang sangat menyiksa dan sudah berkali-kali berobat kedokter namun tak kunjung sembuh. Selain itu ternya keluarganya tergolong miskin dan ia sudah tak sanggup untuk bekerja lagi. Sehingga untuk membeli obat yang disarankan oleh dokterpun ia sudah tidak sanggup lagi.
Kejadian serupa mungkin banyak kita jumpai ditengah masyarakat kita, berawal dari ketidak sanggupan seseorang untuk menanggung beban yang dicobakan oleh allah swt kepadanya akhirnya ia melakukan tidandakan yang justru menimbulkan mudharat yang lebih besar.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh allah
Berbicara tentang cobaan hidup, maka tak seorangpun yang bias terlepas darinya, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, semuanya pasti akan menghadapi cobaan. Jangan kira orang kaya tak punya masalah, dan jangan kita orang miskin tak punya masalah, bahkan orang gilapun ternyata punya masalah. Masalahnya adalah kegilaannya itu sendiri. Dengan kata lain ketika seorang hidup di dunia secara tidak langsung dia telah mengikrarkan dirinya untuk siap menghadapi cobaan. Karena pada hakikatnya hidup ini adalah cobaan.
“dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapakan diantara hambanya yang paling baik amalannya”. (al-mulk:2)
Berbagai macam model manusia dalam menghadapi masalah. Mungkin bagi mereka yang senang dengan dunia gelap ketika mendapat masalah akan segera menyelesaikannya dengan hura-hura dalam kema’syiatan. Begitu juga yang mempunyai emosional yang tinggi segera mengerahkan segala kemampuan untuk menyelusaikan masalahnya dengan otot. Atau mungkin mereka yang sudah tidak punya jalan lain akan menempuh jalan bunuh diri karena dengannya ia mengira seluruh permasalahan akan selesai.
Namun benarkan itu semua adalah jalan keluar dari masalah???

Ikhwan dan akhwat yang semoga dirahmati oleh allah swt
Mengingat bahwa manusaia tidak akan terlepas dari cobaan, maka diinul islam sebagai diin yang sempurna dan mencakup segala yang dibutuhkan oleh manusia memberikan solusi bagaiman seharunya seseorang menyelesaikan permasalahan. Setiap masalah yang kita hadapi bukan ditinggalkan atau kita lari darinya, akan tetapi menuntut adanya penyelesaian.
Contohnya saja dalam urusan rumah tangga tentu seseorang tidak akan terlepasa dari masalah. Entah masalah finansial, menghadapi anak yang senang membangkang, atau terkadang terjadi kesalah fahaman antara pasangan suami istri. Dari sekian permasalah ini perlu adanya penyelesaian bukan dibiarkan begitu saja.

Ada beberapa trik dalam menyelesaikan masalah

1. Memperkuat keimanan terhapa takdir allah.
Setiap orang itu telah ditetapkan takdirnya oleh allah semenjak 50.000 tahun sebelum dicipatakannya langit dan bumi. Dengan demikian seseorang akan berjalan sesuai dengan takdir yang telah ditetapkan oleh allah tersebut. Kalau saja allah telah menetapkan suatu pada saat yang telah ditentukan maka seseorang pasti akan mengalaminya dalam keadaan menerima atau tidak mau menerima. Dengan menyadari hal yang demikian ini, maka akan menjadikan seseorang siap dalam menghadapi segal-sesuatu yang telah ditetapkan oleh allah.. Toh kenyataannya, ketika allah telah menetapkan sesuatu kita tidak akan bias menolaknya atau atau memulihkannya kembali tanpa izin darinya. Apakah ketika kita dihadapkan suatu masalah lantas kita menghapdapi denga penuh emosional dan melakukan tindakan yang diluar batas kewajaran itu akan bias merubah takdir allah?? Bukannkankah lebih baik kita bersabar dan menghadapinya dengan bijaksana karena hal itu justru akan membuahkan pahala dan meninggikan derajat disisi allah?? Dari pada justru melakukan tindakan diluar syar’iy yang hanya membuahkan dosa dan memperburuk suasana.
Ketahuilah, ketika allah swt menguji seorang hamba, itu pertanda bahwa Allah swt akan menaikkan derajat keimanannya. Ketiaka ia mampu menghadapinya dengan dengan baik maka ia akan mendapatkan derajat yang tinggi dan apabila dia justru melakukan tindakan yang melanggar syar’iy maka justru keimanannya akan merosot.
Contohnya saja seorang istri yang mendapatkan cobaan dengan suaminya dalam suatu permasalahan. Ketika ia mampu menghapinya dengan bijaksana maka derajatnya sebagai wanita shalihah akan meningkat disisi allah dan sebaliknya ketika di justru melakukan tindakan yang tidak wajar dalam islam, tidak mau memenuhi kewajiban seornag istri, tidak mau memenuhi panggilan suami maka keimannnanya akan merosot jauh.
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
"apabial seorang suami memanggil itsrinya ketempat tidurnya kemudian ia menolak, maka sesungguhnya ia bermalan dalam keadaan dilaknat oleh malaikat sampai tiba waktu subuh"
dan rasulullah saw bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
"sesungguhnya besarnya pahala sesuai denga besarny ajian. Dan ketika allah mencintai suatu kaum maka ia akan mengujinya, apabila ia ridha maka baginya adalah keridhaan dan barang siapa yang murka, maka baginya adalh kemurkaan"(Hr. Tirmidzi)

2. Janganlah meremehkan suatu masalah namun juga jangan membesarkannya
Maksudany adalah ketika seorang mendapatkan suatu masalah jangan cuek terhadapnya namun jangan juga telalu membesar-besarkannya namun di dudukkan sesuai dengan kadarnya. Misalnya ketiak seorang istri medapati suaminya ada tanda-tanda kurang bisa menjaga hubungan sesama lain jenis, melirik-lirik itsri orang maka jangan dibiarkan dalam artian decuekin. Ah, bairlah ga mungkin suami saya akan senekat itu. Jangan semacam itu. Namun diingatkan dengan cara yang bijaksana, karena ketika hal tersebut dibiar-biarkan akan jutsru menyebabkannya terjerumus kelubang yang lebih jauh. Atau justru kita akan menjadi orang yang mempunyai sifat dayuts. (sifat yang sangat dilaknat oleh Allah) berapa bayak kasus yang terjadi seputar masalah perselingkuhan antar tetangga, atau sama saudara ipar sendiri. Namun demikian juga jangan juga masalah itu terlalu dibesar-besarkan dan melakukan tinkdakan yang menyakitkan suami dan tidak mau melakukan tindakan yang tidak sesuai islam. Baru lihat suaminya berpapasan sama orang lain, atau belanja kebetulan yang jualan adalah wanita, pulang-pulan langsung dikata-katain habis-habisan. Ini juga tidak benar.

3. jangan menyelesaikan masalah dengan masalah yang lebih besar.
Terkadang seseorang itu melakukan suatu tindakan yang dengannya ia pingin terlepas dari suatu masala. Namun ternyata justru mendatangkan masalh yang jauh lebih besar darinya. Contohnya sebagaimana sebagaimana kisah bunuh diri diatas. Begitu juga yang baru-baru saja terjadi pasca pemilihan caleg, dikhaberkan caleg dari pkb seorang wanita berjilbab mati gantung diri. Ini berarti ia ingin menyelesaikan suatu masalah akan tetapi justru menghasilkan masalah yang jauh lebih besar. Yaitu masuk neraka. Dengan ini kita bisa mengukur benar atu tidaknya caleg yang kita pilih tersebut. Hamper semua, bahkan saya tidak yakin kalau caleg itu berada dijalan yang benar. Kalau saja mereka berada dijalan yang benar kenapa musti stress, atau bunuh diri? Mereka itu orang-orang aneh, cari masalah sendiri setelah dapat malah bunuh diri. Ini sebagai pertimbangan bagi kita lain kali kalau ada pemilu di coblos smua saja, soalnya mereka itu ga ada yang beres ga ada sejarahnya dalam islam mengajarkan pemilu. Kalau kita memilih orang yang ga genah jangan sampai kita juga orang yang ga genah, karena secara tidak langsung kita turut mengangkat orang yang tidak genah ntuk jadi pemimpin. Kalau alasan dapat uang ketahuilah itu risywah, haram. "mana saja daging yang tumbuh dari harta yang haram maka neraka lebih berhak untuknya"
Atau mungkin saja seorang istri yang berselisih dengan suami namun. Tanpa diteliti langsung menggugat cerai, ini sama saja menyelesaikan masalah dengan masalah yang baru yang lebih besar. Karena ancamannya dia diharamkan dari masuk surga:
Seorang istri yang melihat sesuatu yang tidak sesuai bagi pandangannya seharusnya ia hadapi dengan penuh kebijaksanaan dan bukan mengedepankan emosiaonal. Perlu adanya penelitian kira-kira yang dilakukan suami saya itu benar-benar melanggar syar’I atau hanya tidak sesuai dengan keinginan saya. Kalau ternyata itu melanggar syar’iy maka harus kita ingatkan, dan kalau ternyata tidak melanggar syari’I maka seharunya kita yang intropeksi diri dan sadar bahwa bisa jadi sesuatu yang kita tidak suakai itu justru merupakan kebaikan dissisi allah (al-baqarah)

4. berdoalah kepada Allah
Allah adalah zat yang maha kuasa atas segalanya. Dan ia adalah kunci segala permasalahan. Ketika Allah berkehendak maka tak seorangpun yang akan dapat menghalangi. Senjata paling amapuh bagi muslim untuk menghadapi masalah adalah doa'. "berdoalah kepada Allah niscaya akan dikabulkan".
Sangat banya kita dapatkan kisah tentang masalah keutamaan doa'.
Inya Allah pada kesempatan berikutnya kita kan membahas permasalahan tersebut.
Namun dalam menyelesaikan suatu permasalahan ada suatu doa yang lebih spesifik lagi yang di ajarkan oleh rasulullah saw yaitu "istighfar":

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ


Sekian coretan ceramah, yang mau make silahkan diedit sendiri tulisannya.

Secercah kerinduan di ambang ramadhan  

Posted by: Uwais Abdulloh in

Perputaran matahari dan rembulan yang menyebabkan bergulirnya hari, minggu, bulan dan tahun ternyata telah membawa kita kembali berada di bulan penantian datangnya sang romadhon. Dialah sya’ban, bulan yang di dalamnya rasa rindu mulai bersemi bak pepohonan yang kering merindukan datangnya hujan. Begitulah hati orang-orang sholeh, setelah sebelas bulan berpisah dengan romadhon dan terbelenggu oleh kepenatan dunia yang melalaikan menanti datangnya siraman rahmat dari Allah pada bulan romadhon.
Sungguh berita kedatangannya mengundang rasa rindu yang sangat luar biasa di hati para pecinta kebaikan. Laksana tamu yang sangat agung ia datang membawa sejuta kabar gembira serta perbendaharaan amal sholeh yang tak terkira. Tamu itu memberika kesempatan bagi kita untuk menanam saham kebaikan sebanyak-banyaknya dan akan dilipatkan melebihi dari biasanya. Saham amalan sunnah akan dinilai sebagai amal yang bernilai wajib dan amal kewajiban akan di lipatkan tujuh puluh derajat diatasnya.
Rosululloh  memberikan contoh kepada kita tentang ungkapan rasa rindu terhadapnya. Ini tercermin dari doa yang senantiasa beliau ucapkan ketika memasuki bulan rajab:
اللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب وَشَعْبَان وَبَلِّغْنَا رَمَضَان
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rojab, pada bulan sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Romadhan”. (HR. At-Thabrani dalam mu’jamul ausath)
Demikian pula para shalafuna sholih juga senantiasa mempersipkan diri untuk menyambut tamu agung tersebut dengan memperbanyak amal kebajikan dan mempersiapkan berbagai bekal yang akan mendukung keberlangsungan ibadah pada bulan Ramadhan. Nampak kecerahan dari wajah-wajah mereka yang menantikan dibukanya pintu-pintu surga dan di tutupnya pintu neraka serta dibelenggunya syaitan.
Bekal sebagai wujud ketulusan cinta
Pengakuan cinta atau penghormatan terhadap sesuatu tentunya membutuhkan bukti konkrit yang tercermin pada sikap kita. Demikian pula kecintaan terhadap Ramadhan yang tak sekedar pemanis bibir tanpa bukti. Mempersiapkan bekal merupakan bukti ketulusan cinta kita terhadapnya. Di samping itu bahwa hasil yang baik dari suatu pekerjaan sangatlah tergantung pada persiapan yang baik pula.
Adapun bekal yang harus kita persiapkan adalah:
1. Persiapan mental
Model manusia dalam menghadapi Ramadhan bermacam-macam warna. Ada yang menyambut dengan pilihan keimanan dan ada pula yang menganggap suatu hal yang biasa-bisa saja tanpa keistimewaan dan bahkan ada juga yang menganggap sebagai mala petaka yang akan merusak kesenangan hawa nafsunya. Sehingga dengan kenyataan ini mengaharuskan adanya persiapan mental agar Romadhan menjadi lebih berma’na dan tidak berlalu bergitu saja. Bukankan Rasulullah  telah bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ أنْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Betapa hinanya seorang yang, jika Ramadhan datang kemudian pergi sedang ia belum diberi ampunan”. (HR. Tirmidzi, hasan ghorib)

Yang dimaksud di sini adalah mental ruhiyah agar mampu membangkitkan keimanan yang akan melandasi seluruh amalan yang kita lakukan nantinya. Tanpa adanya persiapan ruhiyah maka kegoncangan mungkin saja akan terjadi. Karena rangkaian puasa adalah menahan sebahagian keinginan yang dapat membatalkan puasa semenjak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Tentunya ini sangatlah berat bagi mereka yang tidak mempersiapkan mental. Seorang pekerja keras yang membutuhkan energi banyak mungkin saja akan meninggalkan puasa demi pekerjaan yang sedang dikerjakannya. Terlebih lagi menjelang lebaran saat kebutuhan keluarga membengkak tidak seperti hari-hari biasanya. Demikian juga halnya kebiasaan-kebiasaan lain yang mungkin saja akan mengikis keutuhan pahala puasa kita seperti mengungjing dan dosa-dosa mata dan telinga yang tak pernah luput dari keseharian kita.
Ada beberapa sarana bagi kita untuk mempersiapkan mental menyambut Ramadhan. Di antaranya adalah melakukan puasa sunnah di bulan sya’ban sebagai mana diriwayatkan dari A’isyah Rhadiallahu anha:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Aku tidak melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak melihat Beliau lebih banyak berpuasa dibandingkan dengan pada bulan Sya’ban (HR al-Bukhari dan Muslim).
Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah  :
يَا رَسُول اللهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْر مِنْ الشُّهُور مَا تَصُوم مِنْ شَعْبَان، قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَان، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban.” Rasul menjawab, “Bulan itu (Sya’ban) adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, yaitu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia kepada Tuhan semesta alam. Aku suka amal-amalku diangkat, sementara aku sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan an-Nasa’i disahihkan oleh Ibn Khuzaimah).

Di samping itu memperbanyak amal sholeh juga merupakan sarana bagi kita untuk mempersiapkan mental. Seperti taubat, ibadah sunnah, tilawatul qur’an, shadaqoh dan amalan-amalan yang lainnya.
2. Ilmu
Mengetahui perkara yang berkenaan dengan puasa merupakan bekal yang terpenting. Seorang tidak akan dapat menghasilkan suatu yang memuaskan bila tidak di dasari dengan ilmu yang cukup. Bahkan tanpa ilmu bisa jadi suatu amalan tidak akan diterima. Rosululloh  pernah bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ. وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَهْرُ
“Berapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, dan berapa banyak orang yang mendirikan ibadah pada malam hari hanya mendapatkan begadang saja”. (HR. An-Nasa”i)
Adapun ilmu berkenaan dengan pelaksanaan puasa yang perlu diketahui adalah meliputi:
a. Hukum puasa
b. Syarat-syarat diwajibkannya puasa
c. Rukun-rukun puasa
d. Hal-hal yang dapat menbatalkan puasa dan hukum bagi yang berbuka pada siang hari
e. Hal-hal yang dimakruhkan dalam puasa
f. Hal-ha yang disunnahkan dalam puasa.
3. Fisik
Kesehatan fisik juga merupakan faktor pendukung dalam melaksanakan ibadah. Betapa banyak orang yang mempunyai keinginana keras untuk bisa memaksimalkan ibadah sebulan utuh pada bulan Ramadhan, namun fisik tidak mendukung. Mereka ditakdirkan sakit karena kurang memperhatikan kesehatan tubuhnya sehingga banyak amalan-amalan yang terlewatkan.
Seorang yang mengalami gangguan kesehatan tidak akan mampu melaksanakan ibadah qiyamul lail melebihi mereka yang sehat. Demikian pula dengan ibadah-ibadah lain yang membutuhkan kesehatan fisik.
4. Finansial
Tak dapat dipungkiri bahwa kemapanan finansial juga turut mempengaruhi hasil dari suatu amalan. Seorang yang tidak mempersiapkan harta yang cukup akan senantiasa terbebani untuk bekerja yang mungkin akan menyita waktu ibadah yang lain. Terlebih menjelang Lebaran saat kebutuhan semakin membengkak untuk mempersiapkan hidangan lebaran dan pakain baru bagi anak istri. Padahal waktu akhir sepuluh hari menjelang lebaran adalah waktu afdhal untuk melaksanakan ibadah.
Maka seharusnya persiapan bekal berupa finansial di persiapkan sejak dini agar tidak mengganggu aktivitas ibadah afdhaliah yang lain. Demikian juga ada beberapa bentuk ibadah yang membutuhkan dana seperti umrah, shadaqah, i’tiqaf dan sejenisnya.
Kita sambut Ramadhan dengan iman
Anugrah Ramadhan merupakan wujud kecintaan Allah  terhadap hambanya. Karena dengan Ramadhan seorang bisa bisa menggapai keselamatan di dunia dan akhirat. Allah  memanggil para hambanya untuk kembali kepada hakikat hidup yang sebenarnya dengan memperbanyak ibadah.

pengaruh nama  

Posted by: Uwais Abdulloh in

“What’s the meaning of the name”
Ikhwan fillah…
Itulah sebuah pertanyaan masyhur dalam salah satu drama klasik William Shakespeare, seorang sastrawan dan penulis skenario drama yang sangat dikagumi oleh pecinta seni teater seluruh dunia. Berbeda dengan Hellen Keller, seorang cendikiawati penyandang cacat ganda, tuna netra, tuna rungu, dan tuna wicara. Dia mengalami sendiri betapa penting dan berartinya sebuah nama. Dalam “Everything Has a Name”, ia menulis betapa cakrawala pemikirannya menjadi terbuka saat menyadari bahwa segala sesuatu ada namanya. Lantas bagaimanakah islam nama bagi anak?
Ketika anak terlahir ke dunia maka dia memiliki hak-hak yang harus ditunaikan oleh orangtuanya. Salah satunya adalah diberi nama yang baik. Pemberian nama tersebut disunahkan untuk dilakukan pada hari ketujuh dari kelahirannya. Hal ini berdasar sabda Rasulullah  : “Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh, kemudian dicukur rambutnya, dan diberi nama.”
Sesungguhnya nama-nama yang baik akan terpatri dalam jiwa sang anak sejak pertama kali mendengarnya. Dan dengannyalah kelak dia akan dipanggil di hari kiamat. Oleh karenanya Rasulullah  memerintahkan untuk memperbagus nama. Hal ini sebagaimana yang beliau sabdakan :
إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَ أَسْمَاءِ آبَائِكُمْ, فَأَحْسِنُوْا أَسْمَائَكُمْ
“Sesungguhnya kalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama kalian sendiri dan nama-nama ayah kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian.”
Selain itu, pemberikan nama anak dengan nama-nama yang baik merupakan salah satu syiar islam. Adalah bangsa Arab dahulu memberikan nama anak-anak mereka dengan nama-nama sesembahan mereka. Maka, ketika Allah  mengutus nabi untuk menegakkan pilar-pilar tauhid maka beliau juga mengatur pemberian nama sedemikiaan rupa. Di dalam salah satu sabdanya Rasulullah  mengajarkan kepada umatnya nama yang dicintai Allah. Beliau bersabda:
أَحَبُّ اْلأَسْمَاءِ إِلىَ اللهِ تَعَالىَ عَبْدُ اللهِ وَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ
“Nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman”.
Begitu bersemangatnya para shahabat mengamalkan hadits ini sehingga Ibnu Shalah mencatat sekitar 220 orang shahabat yang memiliki Abdullah. Sedangkan Iraqi mengatakan bahwa jumlah keseluruhannya mencapai 300 orang.
Sayangnya tidak banyak orangtua mengetahui hal ini. Satu fenomena di masyarakat, banyak orangtua yang memberi nama dengan seadanya. Kadang mereka mengaitkan dengan hari kelahiran, bulan kelahiran, atau tahun kelahiran. Bahkan ada juga orangtua memberi nama anaknya dengan apa yang terbersit dalam benaknya.
Seringkali pula orangtua memberikan nama dengan nama yang sering berlaku di masyarakat, yang lagi ngetren, atau yang kelihatan kearab-araban. Walaupun nama yang diberikan tidak memiliki makna yang jelas bahkan menyalahi syar’i.
Ikhwan fillah…
Pengaruh nama
Nama memiliki sejuta rahasia. Bukan hanya sebagai panggilan belaka ataupun sekedar pembeda. Lebih dari itu nama merupakan doa dan harapan orangtua. Maka, barangsiapa memperhatikan sunnah niscaya akan mendapatkan keterkaitan antara nama dan pemiliknya. Ibnu Qoyyim menggambarkan keterkaitan antara nama dan pemiliknya seperti ruh dan jasad. Seakan nama tersebut mempengaruhi “kepribadian” bahkan “nasib” pemilik nama. Oleh karenanya Rasulullah  tidak menyukai nama yang jelek. Beliau sangat membenci orang, tempat, atau kabilah yang mempunyai nama yang jelek.
Sebagaimana hadits Sa’id bin Musayyib dari bapaknya dari kakeknya bahwa ia berkata : “Aku datang kepada nabi .. Maka beliau bertanya: “Siapakah namamu” Hazan (keras) jawabnya. Beliau bersabda: “Engkau Sahl (lembut)”. Dia menjawab: “Aku tidak akan merubahnya, Sahl itu diinjak-injak dan diremehkan.” Ibnu Musayyib kemudian berkata : “Karena itu, akhirnya dia selalu bersikap keras.”
Di dalam kisah yang lain, suatu ketika Umar bin Khattab bertanya kepada seseorang: “Siapa namamu?”. Iapun menjawab, “Jamroh (Api Membara)”. “Anak siapa?” lanjut Umar. “Anak Syihab (Cahaya Api)” balasnya. Dari kabilah mana?” tanya Umar. “Dari Hirqoh” (terbakar), jawabnya tanpa ragu. Untuk kesekian kalinya Umar kembali bertanya: “Di mana tinggalmu?”. “Di Bahratun Nar (Lautan Api), jawab orang tersebut. Kemudian Umar bertanya untuk terakhir kalinya, “Di daerah mana?” Ia menjawab, “Dzati ladho” (mempunyai nyala yang bergejolak). Maka Umar bin Khattab berkata kepadanya, “Pulanglah dan temuilah keluargamu niscaya kau dapatkan mereka telah hancur binasa dan terbakar". Ternyata terjadilah sebagaimana yang dikatakan.
Suatu ketika Rasulullah hendak pergi berperang dan akan melewati dua buah gunung. Kemudian beliau bertanya nama kedua gunung tersebut. Maka para shahabat pun menjawab: Fadhih (yang membuk aib) dan Mukhzi (yang memalukan). Mendengar jawaban tersebut beliau berpaling dan mengambil jalan lainnya.
Begitu juga ketika Halimah As Sa'diyah datang kepada Abdul Muthallib agar dikabulkan menjadi iu susu Rasulullah, maka Abdul Muthallib bertanya kepadanya: "Siapa kamu?" Ia menjawab, "Seorang wanita dari Bani Sa'ad." Siapa namamu?" Tanya Abdul Muthallib. Ia menjawab: "Halimah" Kemudian Abdul Muthallib berkata: "Bagus…bagus, "Sa'ad" dan "Halm" dua sifat ini mengandung makna kekayaan yang abadi."
Dari Jami’ Ibnu Wahab disebutkan bahwa suatu hari beberapa orang dengan membawa seorang anak kecil datang menghadap Rasulullah , maka beliau bertanya kepada mereka, “anak kecil ini kalian beri nama siapa?” mereka menjawab, “As Saaib” (berarti yang mencekik) maka Rasulullah bersabda, “jangan diberi nama “As Saaib”, tapi berilah nama “Abdullah”. Disebutkan bahwa mereka tidak mau merubah nama tersebut. Maka akhirnya anak tadi meninggal dalam keadaan hilang akalnya. Maka menjaga ucapan dan memilih nama yang baik merupakan taufiq dari Allah.
Barangsiapa yang memiliki kecermatan jiwa dalam hal ini, akan bisa mengambil manfaat sebanyak-banyaknya. Karena musibah itu berkaitan dengan ucapan. Abu Umar berkata: “Nabi  bersabda: “Bala’ (bencana) itu terkait dengan ucapan”.
Ikhwan fillah…
Tinjauan Psikologis
Nama bukanlah masalah sepele. Ditinjau dari ilmu psikologi, nama memberikan dampak psikologi kepada pemilik nama. Bahkan hal ini menjadi penentu keberhasilan manusia. Setidaknya ada 5 pengaruh nama terhadap psikologi seseorang:
1. Pencitraan Diri
Nama bukan saja sebagai identitas bahkan nama ikut berperan dalam membentuk citra. Secara tidak sadar orang akan terdorong untuk memenuhi citra (image, gambaran) yang terkandung dalam namanya. Nama yang baik akan membawa anak mempunyai citra yang positif tentang dirinya, yaitu berkembang menjadi manusia yang memiliki kepribadian baik.
Sebaliknya, nama yang jelek akan pula membawa anak cenderung mempunyai citra yang negative. Sehingga cenderung mengembangkan sikap kurang percaya diri, pesimis, suka melanggar atau berbuat dengan tingkah lakunya kurang baik lainnya.
2. Menarik Perhatian
Nama dapat juga digunakan untuk menarik perhatian. Oleh karenanya apabila anak memiliki nama yang baik niscaya dia akan menjadi pusat perhatian. Umumnya nama-nama seperti ini cukup memberikan peluang untuk menaikkan percaya dirinya. Sebaliknya bagi anak yang sejak awal kurang memiliki percaya diri, maka dengan nama-nama yang “nyeleneh” atau “mencolok” seperti itu justru mempertebal sifat mindernya.
3. Pengabaian Individu
Ada beberapa nama yang begitu umum dipakai di masyarakat. Dengan menggunakan nama-nama yang begitu umum tersebut akan menghilangkan perasaan seseorang akan individulitasnya. Hal ini juga dialami mereka yang memiliki nama yang terlalu pendek. Karena pendeknya, orang menjadi kurang memperhatikan dan menyebabkan pemiliknya merasa terabaikan.
4. Konotasi Buruk yang Menyakitkan Hati
Seringkali nama-nama yang kurang baik dikonotasikan negative oleh masyarakat. Sehingga mereka memberikan panggilan yang membuat malu. Tentu saja hal ini mengurangi rasa percaya diri mereka.
5. Ketidaksesuaian Menjadi Awal Konflik
Kadang ketidaksesuaian antar bentuk khalqiyah dengan nama yang disandang menyebabkan konflik batin. Sehingga konflik batin tersebut menghambat perkembangan jiwanya dan potensinya.

Pada tahun 1966, John McDavid dan Herbert Harari pernah melaporkan hasil penelitiannya tentang anak-anak yang memiliki nama-nama yang tidka menarik, kurang popular, dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai nama-nama menarik. Ternyata Mc David dan Harari mendapati anak-anak yang namanya tidak menarik, mereka biasanya sering dikucilkan oleh kelompok anak-anak seusiannya. Sedangkan ketidakpopuleran anak juga akan mempengaruhi kemampuannya dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Ketika John Gottman mengadakan penelitian bersama-sama dengan John Gonso dan Brian Rasmussee, ketiganya juga mendapatkan hasil yang serupa. Berdasarkan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa anak yang tidak popular, mereka biasanya tidak tahu bagaimana akan menjalin persahabatan dengan orang-orang yang baru dikenalnya.

Bolehkah mengganti Nama?
Ada sebagaian orang yang menyadari bahwa nama yang diberikan oleh orangtuanya bermakna tidak baik bahkan menyalahi syar’i. Ada pula orangtua yang menyadari bahwa nama yang diberikan kepada anaknya kurang baik. Namun timbul pertanyaan dalam benak mereka tentang boleh tidaknya mengganti nama.
Apakah mengganti nama merupakan bentuk tidak berbakti kepada orangtua ataukah tidak? Karena ada yang beranggapan bahwa mengganti nama merupakan salah satu bentuk tidak berbakti kepada orangtua.
Perlu diketahui bahwa selain Rasulullah  memerintahkan kepada para orangtua untuk memilihkan nama yang baik bagi anak, beliau juga menganjurkan untuk mengubah nama yang jelek. Di antara yang dianjurkan -bahkan sebagian diwajibkan- untuk diganti adalah :
1. Nama yang bermakna buruk
Dari Ibnu Umar  bahwasanya Rasulullah mengganti nama ‘Ashiyah (wanita yang melawan). Beliau bersabda: Namamu Jamilah (wanita yang bagus).
Syaikh Abu Thoyyib (muallif ‘Aunul Ma’bud) mengatakan; orang-orang terdahulu menamakan Al ‘Ash atau Al ‘Ashiyah dengan maksud terbebas dari kekurangan, aib, dan cacat. Maka ketika datang Islam hal tersebut dilarang. Sehingga rasul pun mengganti namanya dengan nama yang baik. Dan di antara hikmah sebab tidak digantinya nama wanita tersebut dengan nama “muthi’ah” (wanita yang taat) adalah agar nama “muthi’ah” tidak menjadi tazkiyah (pensucian/pujian) baginya.
Selain itu, Abu Daud berkata: “Rasulullah  mengganti nama al ‘Ash, ‘Aziz, ‘Atlah, Syaithan, Hakam, Ghurob, Hubab, Syihab, dengan nama Hisyam. Dan mengganti Harb dengan Silm, kemudian al Mudhthoji’ dengan al Munba’its, Ardhon ‘Afroh dengan Khodhiroh, Syi’bu Dholalah dengan Syi’bul Huda, Banu Ziniyah dengan Banu Risydah, dan menyebut Bani Mughwiyah dengan Bani Risydah.”
2. Nama yang menyalahi syar’I
Suatu ketika datang utusan kepada rasulullah . Kemudian rasulullah  mendengar salah seorang dari mereka yang dipanggil dengan Abu Al Hakam. Maka Rasulullah pun memanggilnya dan bersabda: Sesungguhnya Allahlah Al Hakam dan kepada-Nyalah segala perkara, maka mengapa engkau dipanggil Abu Al Hakam? Diapun menjawab: Sesungguhnya kaumku apabila berselisih dalam suatu perkara, mereka mendatangiku. Maka akupun memutuskan perkara mereka, sehingga keduanyapun ridha dengan keputusanku. Kemudian rasulullah  bersabda: Alangkah bagusnya hal ini, tetapi tidakkah engkau memiliki anak? Diapun menjawab: Saya memiliki anak bernama Syuraih, Muslim, dan Abdullah. Rasulpun bertanya lagi: “Siapakah anakmu yang paling tua? “Syuraih”, jawabnya. Maka Rasulpun bersabda: “Maka namamu Abu Syuraih”.
Begitu juga nama Malikul Amlak (Raja Diraja). Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah  :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللهِ رَجُلٌ تُسَمَّى مَلِكُ اْلأَمْلاَكِ لاَ مَالِكَ إِلاَّ اللهُ
Dari Abu Hurairah  dari Rasulullah  bersabda: “Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah adalah seorang laki-laki yang bernama Malikul Amlak (Raja Diraja), tidak ada raja kecuali Allah.”
Sesungguhnya lafadz ini hanyalah pantas untuk Allah, Dialah Raja Diraja. Tidak ada raja yang lebih agung dan lebih besar kekuasaannya dibandingkan Dia. Dialah pemilik kemuliaan. Dia memberikan kekuasaan kepada hamba yang dikehendaki dan mencabutnya dari yang dikehendaki. Hanya kekuasaan Allahlah yang senantiasa ada pada-Nya dan tidak ada batasnya. Berbeda dengan hambanya, pada hakekatnya dia tidak memiliki apa-apa kecuali hanyalah sekedar nama.
Selain itu Rasulullah  mengabarkan kepada umatnya sejelek, sehina, dan serendah nama adalah Malikul Amlak. Hal ini disebabkan dia mengangkat dirinya kepada kedudukan yang tidak disanggupi. Tidak ada raja selain Allah. Selain hadits ini merupakan peringatan kepada pemilik nama semisal, walaupun hal ini disebabkan karena kebodohan.
3. Yang Menggunakan Kunyah Rasul
Suatu ketika Rasulullah  berjalan di pasar kemudian ada seorang laki-laki yang memanggil: “Wahai Abu Qosim”, maka Rasulullah pun menoleh kepadanya. Laki-laki itupun menjawab: Wahai Rasulullah saya tidak bermaksud memanggilmu namun aku bermaksud memanggil si fulan. Maka Rasulullah pun bersabda: “Berilah dengan namaku namun janganlah kalian memanggil dengan kunyahku”
Dalam riwayat yang lain ada seseorang yang memiliki anak, kemudian dia menamainya dengan al Qosim. Maka kaum anshor pun berkata: “kami tidak akan memberimu kunyah Abu Qosim dan tidak memberimu hadiah. Maka diapun mendatangi Rasulullah  dan menceritakan hal tersebut. Maka Rasulullah pun menjawab: “Kaum Anshor telah melakukan hal yang benar, berilah nama dengan namaku namun jangan gunakan kunyahku, sesungguhnya akulah Qosim (pembagi).”
4. Penghambaan kepada selain Allah
Bahwasanya tidak ada dalil yang mewajibkan untuk mengganti nama kecuali di sana ada nama-nama yang menyelisihi syar’i. Contohnya nama yang memiliki makna penghambaan kepada selain Allah misalnya Abdul Masih (Hamba Al Masih), atau selainnya, maka hal ini hukumnya wajib.
5. Yang Menggunakan Nama Selain Islam
Syaikh bin baz dalam salah satu fatwanya mengatakan, tidak boleh menggunakan nama yang masyhur digunakan orang Nashrani. Hal ini ditakutkan apabila nama itu disebut, maka manusia yang lain akan menyangka bahwa dia seorang Nasrani. Maka mengganti nama seperti ini sangat dianjurkan.

Akhir Kata
Ketika orangtua memberi nama anaknya dengan nama yang baik berarti dia telah berharap agar anaknya nanti menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Yang mana anak merupakan investasi akhirat bagi kedua orangtua. Walaupun amal terputus pahala akan terus mengalir kepada kedua orangtuanya.


REFERENSI:
• Shohih Bukhori, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhori al Ju’fi, Darus Salam, Riyadh, Cetakan pertama: 1417 H / 1997 M
• Shohih Muslim, Imam Abi Husain Muslim bin al Hajjaj bin Muslim al Qusyairi an Nisaburi, Darus Salam, Riyadh, Cetakan pertama: 1419 H / 1998 M
• Sunan Abi Daud, Imam al Hafidhz Abi Daud Sulaiman bin al Asy’ats as Sajastani al Ardzy, Dar Ibn Hazm, Cetakan pertama: 1419 H/1998 M.
• Al Muwatto’, Imam Malik, Darul Fikr, Cetakan ketiga 1422 H/ 2002 M.
• Musnad Ahmad, Imam al Hafidz Abi Abdillah Ahmad bin Hambal, Baitul Afkar ad Dauliyyah, 1419 H / 1998 M.
• ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq al ‘Adzhim al Baady, Darul Fikr, Cetakan ketiga 1399 H/ 1979 M.
• Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Muhammad Suwaid, Pustaka Arafah, Cetakan kedua, April 2004
• Mendidik Dengan Cinta, Irawati Istadi, Pustaka Inti, Cetakan keenam, Mei 2006
• Zaadul Ma’ad fie Hadyi Khoiril ‘Ibad, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, Muassasah ar Risalah, Cetakan ketiga, 1419 H/ 1998 M
• Tahapan mendidik Anak Teladan Rasulullah  , Jamaal ‘Abdur Rahman, Irsyad Baitus Salam, Cetakan Pertama, September 2005
• Majelis penyubur Iman, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, Pustaka Syahadah, Cetakan pertama, Mei 2003 / Rabiul Awwal 1424 H
• Kudidik anakku dengan bahagia, Imam Musbikin, Mitra Pustaka, Cetakan I, Maret 2003
• Majmu' Fatawa wa Maqolat Mutanawwi'ah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Baz, Juz 4 hal 153, Riasah Idarotul Buhus Al Ilmiyah wal Ifta, cetakan ketiga 1416 H/1996 M.

Oleh Firmansyah

PERAN PENDIDIKAN ISLAM  

Posted by: Uwais Abdulloh in

Ikhwan fillah….
Pada tanggal 6 tahun 1945 terjadilah peristiwa yang sangat dahsyat dengan di jatuhkannya bom nuklir di daerah Hirosima dan beriring 3 hari setelahnya di daerah Nagasaki. Dia dijatuhkan dari sebuah pesawat B-29 Superfortress bernama Enola Gay yang dipiloti oleh Letkol. Paul Tibbets, dari sekitar ketinggian 9.450 m (31.000 kaki). Senjata ini meledak pada 8.15 pagi (waktu Jepang) ketika dia mencapai ketinggian 550 meter yang menewaskan sekitar 50 juta jiwa dan menjadikannya kota mati yang dihiasi pepohonan terbakar. Peristiwa ini menjadikan jepang luluh lantak dan menyatakan dirinya kalah pada perang dunia kedua. Namun di balik kekalahan ini ada suatu kejadian menarik yang perlu menjadi catatan penting bagi kebangkitan jepang setelahnya. Yaitu kesadaran mereka tentang pentingnya pedidikan, sehingga dengan matinya jutaan jiwa tersebut yang pertama kali di tanyakan oleh mereka bukanlah jumlah pasukan yang tersisa untuk kembali menyusun kekuatan namun jumlah para pendidik. Pehatian dan semangat mereka dalam urusan pendidikan inilah yang kemudian mampu menjadikan jepang bangkit kembali dan menjadi kiblat seluruh dunia di bidang ekonomi dan tekhnologi. Meskipun peradaban yang berhasil di bangun bangsa jepang hanyalah mengedepankan satu sisi dan tidak menyeluruh serta tidak patut di banggakan secara mutlak namun kenyataan ini mejadi bukti nyata tentang peran pendidikan dalam membangun peradaban.
Kalau peradaban pada masa Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam sangatlah di unggulkan di tinjau dari berbagai aspek itu tidak terlepas dari sumberdaya mereka yang merupakan hasil dari didikan Rosululloh. Di dalam Al- Qur’an sendiri Alloh Subhanahu wata’ala pertama kali memerintah rosululloh Shollallohu alaihi wasallam untuk membaca (Iqro’) yang merupakan salah satu proses pendidikan yang sangat menentukan. Perintah membaca inilah yang kemudian banyak memepengaruhi kepribadian Rosululloh dalam mengemban Risalahnya.
Adalah rumah Al-Arqom bin Abil Arqom merupakan salah satu tempat di mana Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam mendidik para sabatnya pada fase da’wah sirriyah hingga menghasilkan kader yang berkepribadian tangguh dan tahan banting. Tampillah dari madrasah tersebut usman bin affan, bilal bin abi robah, hamzah bin abdul muthollib, umar bin khottob dan para sahabat lain yang banyak merwarnai perjuangan islam dalam merombak peradaban jahiliayah pada masa tersebut. Fakta sejarah ini menghasilka suatu kesimpulan bahwa pendidikan mempunyai perang penting dalam membangun peradaban di masa yang silam dan seharusnya pula bagi mereka yang ingin membangunnya di masa yang akan datang juga memberikan perhatian kepadanya karena ummat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan menempuh cara yang membuat ummat terdahulu menjadi baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan
Ikhwan fillah…
Dalam rangka menggolkan obsesi kita untuk menjadikan generasi di masa mendatang akan mampu membangun peradaban maka kita harus memperhatikan faktor-faktor pendukung keberhasilan pendidikan baik dari sisi ruhiyah, aqliyah, jismiyah dan khuluqiyah. Jangan sampai cita-cita tinggallah angan-angan belaka yang tak bisa terealisasi. Faktor yang mendukung berhasilnya proses pendidikan tersebut adalah:
1) Lingkungan keluarga.
Lingkungan pertama yang paling berperan penting dalam mendidik anak adalah keluarga atau lebih spesifik lagi kedua orang. Di saat hatinya masih bersih, putih sebening kaca jika dibiasakan dengan dengan kebaikan maka ia akan tumbuh menjadi anak yang baik bahagia di dunia dan akhirat, demikian pula sebaliknya.
. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا { التحريم : 6 }
“Wahai orang-orang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”.
Berkata ibnu umar rodhiallohu anhu:
“Ajarkanalah adab terhadap anak-nak kalian karena akan di mintai pertanggung jawaban : Bagaimanakah adab yang kalian ajarkan kepadanya? Dan ilmu apakah yang kalian ajarkan kepadanya?
Sejauh mana sikap kepribadian orang tua maka itu akan di warisi oleh anak-anaknya, karena mereka adalah orang paling dekat dan paling banyak berpengaruh tehadap kepribadian seorang anak. Sehingga Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:
كل مولود يولد على فطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
“Setiap anak itu di lahirkan dalam keadaan fitroh, maka kedua orang tuanyalah yang akan mejadikannya yahudi atau nasrani atau majusi”. ( HR. Bukhory )
Dengan demikian orang tua haruslah mampu menjadi contoh dan memberikan bimbingan kepada anaknya karena pada hakikatnya rumah adalah madrasah pertama yang paling berpengaruh terhadap masa depan mereka kelak. Ada ungkapan kata hikmah yang berbunyi:

الأم مدرسة إذا أعددتها أعددت شعبا طيب الأغراق
“Ibu adalah madrosah, jika engkau menyiapkannya dengan baik maka pada hakikatnya engkau telah menyiapkan generasi kedepan yang baik”
Bermasa bodohnya kedua orang tua terhadap pendidikan keluarga akan mengakibatkan malapetaka yang sangat besar bagi anak tersebut yang pada akhirnya juga akan kembali kepada kedua orang tuanya.
2) Lingkungan masyarakat
Kehidupan bermasyarakat adalah merupakan suatu kelaziman yang takkan terlepas dari setiap manusia. Kenyataan tersebut menjadikan kita tidak dapat memungkiri adanya pengaruh yang sangat luar biasa terhadap kepribadian seseorang. DR. Hasan bin Aliy bin Hasan Al-hajjajiy pengarang buku “Al Fikr At Tarbawi Inda Ibnul Qoyyim” berkata:
“Selama seseorang hidup bersama manusia lain maka suatu hal yang tidak bisa di pungkiri bahwa ia akan memberi pengaruh terhadap mereka dan merekapun akan memberikan perngaruh terhadap dirinya. Akan tetapi pengaruh mayoritas mereka lebih besar, karena ro’yul aam ( pendapat umum ) dan Wasa’il aamah ( sarana umum ) itu lebih besar pengaruhnya di bandingkan individu terhadap masyarakat. Dengan demikian maka pengaruh seseorang terhadap masyarakan lebih kecil bahayanya di bandingkan pengaruh masyarakat terhadap individu”.
Sehingga ada kaedah yang di katakan oleh seorang salaf ketika mengomentari permintaan asiyah istri fir’aun:
“Wahai Robbku bangunkanlah bagiku rumah di surga yang berada di sisimu”(At tahrim:11)
إختيار الجار قبل الدار
“Memilih tetangga lebih di dahulukan dari pada memilih tempat tinggal”.
Hal ini di karenakan fenomena saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya sangatlah deras. Rosululloh menggmbarkan tentang fenomena ini dengan sabda beliau:
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk laksana penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi bisa jadi dia akan memberimu atau atau engkau membeli darinya atau akan mendapatkan bau wangi darinya. Sedangkan pandai besi, boleh jadi bajumu jadi terbakar karenanya atau engkau akan mendapatkan bau tidak enak darinya. ( HR. Muslim )
3) Sekolah tempat mereka belajar
Proses terbentuknya kepribadian seseorang berawal dari ilmu yang ia peroleh. Kemuadian ilmu itu akan menghasilkan suatu persepsi dan persepsi itu akan medorong seseorang untuk melakukan suatu tidakan selanjutnya bila sutu tindakan itu menjadi rutinitas akan mendarah daging dan menjadi sikap hidup orang tersebut. Sehingga Ibnu sirrin memberikan peringatan dalam masalah kehati-hatian dalam mengambil ilmu dengan perkataanya:
إن هذا العلم دين فا نظروا عمن تأخذونه
“Sesungguhnya Ilmu adalah agama, maka perhatikanlah orang yang akan kalian ambil ilmunya”.

Dengan demikian maka sekolah tempat mereka menimba ilmu haruslah benar-benar terjamin keilmuannya dan mempunyai kompetensi di bidang pengkaderan.
Pada saat ini seakan-akan pondok pesantren dan sekolah islam mendapatkan perlakuan yang dikriminatif. Ketika hendak menyekolahkan anak mereka lebih cenderung kepada sekolahan yang hanya mengedepankan keduniaan dan menjadikan pondok pesantren hanyalah sebagai alternatif terakhif apabila anak mereka mempunyai IQ yang rendah atau susah di atur. Padahal pembinaan ruhiyah harus lebih mereka utamakan dari segala-galanya karena itulah modal utama untuk sukses di dunia dan akhirat. Manusia tidak bisa menutup mata dari fakta sejarah keberhasilah pendidikan islam dalam melahirkan generasi yang mampu membangun peradaban semenjak zaman dahulu.
Jangan sekedar formalitas
Ikhwan fillah…
Sebagian orang tidak secara syumul dalam mema’nai generasi yang baik. Mereka hanya menilai dari sisi material saja, sehingga apa yang mereka harapkan hanya akan berbuah penyesalan yang berkepanjangan. Persepsi semacam inilah yang akan menggiring cara berfikir mereka dalam mendidik generasi kedepan. Kita saksikan mereka lebih mengutamakan kuwantitas di bandingkan kuwalitas. Berapa banyak kita saksikan para alumni dari lembaga pendidikan yang tersohor namun tidak bisa memberika sumbangsih terhadap kemajuan ummat bahkan justru menjadi penghambat. Sehingga mucullah istilah ulama suu’ yang ini hasil dari pedidikan yang hanya mengedepankan kwantitas akademisi belaka tanpa memperharikan mutu. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:
من تعلم علما مما يبتغ به وجه الله لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيا مة يعني ريحها
“Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya dalam rangka mencari ridho Alloh akan tetapi hanya untuk mendapatkan bahagian dari perniagaan dunia maka tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat kelak”.
Sudah seharusnya kaum muslimim memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan islam dan tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai formalitas yang tak patut di bannggakan terlebih lagi di harapkan andilnya untuk membangun peradaban di masa yang akan datang.Wallohu A’lam ( uws )

Referensi:
-Ar-Rohiiqul Makhtum
-Al-Minhaj At Tarbawi Inda Ibnul Qoyyim
-Minhajut Tarbiyah Al-Islamiyyah
-Tafsir Aqur’anul Adzim Li Ibni Katsir

KASBUL MA'ASYI DALAM PERSPEKTIF ISLAM  

Posted by: Uwais Abdulloh in

Oleh:
Uweis Abdulloh

A. Urgensi kasbul ma'asyi
Setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang ia pimpin. Sebagai mana sandang pangan adalah sebuah kebutuhan manusiawi maka ia merupakan suatu tanggung jawab yang harus di penuhi oleh setiap pemimpin. Dengan demikian kasbul ma'asyi ( Mencari nafkah ) merupakan sebuah tuntutan yang harus di tunaikan oleh
setiap muslim. Di dalam Al-qur'an dan hadits Rosululloh  kita banyak mendapati motivasi untuk mencari bekal kehidupan dan celaan terhadap orang yang meminta-minta. Di antaranya adalah :
1. Motifasi untuk mencari bekal kehidupan
Alloh  berfirman:
هوالذي جعل لكم لأرض ذلولا فامشوا في منا قبها وكلوا من رزقه وإليه النشور(الملك: )
Perintah untuk berjalan di muka bumi dan memakan rizqi Alloh maksudnya adalah perintah untuk berusaha dalam mendapatkannya. Akan tetapi cara untuk mendapatkannya ada yang baik dan ada pula yang buruk. Namun yang di maksud dalam ayat ini adalah cara yang baik.
Di dalam ayat lain Alloh  berfirman:
يأيهاالين أمنوا إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعو إلي ذكرالله وذروالبيع ذالكم خير
لكم إن كنتم تعلمون( ) فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض وابتغوا من فضل الله
واذكروالله كثيرا لعلكم تفلحون (الجمعة: )
Nash ini menjelaskan agar kita bersegera untuk melaksanakan sholat jum'at dan meninggalkan jual beli. Karena jual beli itu melalaikan dan bias menguntungkan hasil tanpa usaha yang besar. Akan tetapi se usai melaksanakan sholat Alloh  memerintahkan kita agar bertebaran mencari dari karunia Alloh yaitu izqi.
Rosululloh  bersabda:
ما أكل أحد طعاما قط خير من أن يأكل من عمل يده
Ahmad bin Hanbal pernah di tanya perihal seorang lelaki yang hanya duduk di rumah atau masjid sambil berkata: " Aku tak bekerja toh rizqi akan dating sendirinya kepadaku". Imam Ahmad menjawab: Ia adalah orang yang tidak mengetahui ilmu. Apakah ia tidak pernah mendengar Rosululloh  bersabda: "Sesungguhnya Alloh menjadikan rezqi di bawah baying-bayang tobakku". Beliau juga pernah bersabda ketika melihat burung yang terbang " Ia pergi pada pagi hari dalam ke adaan lapar namun ia kembali dalam ke adaan kenyang".
2. Tercelanya meminta-minta
Sabda Rosululloh  :
اليد العليا خير من يدالسفلى
" Tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan yang di bawah "
Di hadits lain beliau  bersabda:
لا تزال المسألة بأحدكم حتى يلقى الله وليس في وجهه مزعة الحم
"Tidaklah seseorang itu senantiasa meminta-minta sehingga ia menghadap kepada Alloh  sedang pada mukanya tak berdaging" .

B. Asas kasbul ma'asyi
1. Mencari yang halal dan menjauhi yang haram
Inilah yang seharusnya menjadi perhatian bagi pencari nafkah karena ni'mat dari harta yang kita dapatkan bukanlah terletak pada banyak atau sedikit, akan tetapi secauh mana berkah yang terdapat di dalamnya.

1. Zuhud
Sebagai mana pengertian zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak berharga di kehidupan akhirat, maka para seorang muslim yang baik adalah yang menjadikan dunia sesuatu yang nantinya berguna di akhirat.
Namun zuhud itu sama sekali tidak identik dengan kefakiran dan kemalasan untuk mencari harta, karena intinya adalah menjadikan apa yang ia miliki di dunia menjadi sesuatu yang nantinya berguna di akhirat. Di katakan oleh Al qomah " Puncak orang yang zuhud ada 8 dan yang terdepan adalah Amir bin Abdulloh Attamimi". Seusai perang qodisiah saat kaum muslimin menghitung-hitung harta rampasan perang, tiba-tiba ia dating dengan membawa peti yang sangat besar yang di dalamnya terdapat perhiasan yang lebih berharga dari harta-harta rampasan sebelumnya. Orang-orang yang berkumpulpun menanyainya" Dari mana engkau mendapatkan ini semua..?" Ia menjawab "dari perang anu dan tempat anu". Mereka bertanya: "Sudahkah anda mengambil sebahagiannya..? "Ia menjawab: Semoga Alloh  memberi hidayah kepada kalian..Demi Alloh, kotak perhiasan ini dan seluruh apa yang di miliki oleh raja persi bagiku tidaklah sebanding dengan kuku hitamku. Kalau bukan karena itu adalah hak kaum muslimin niscaya aku tidak akan sudi untuk mengangkatnya dan membawanya kesini.
Dari kisah di atas menunjukkan bahwa zuhud tidaklah meninggalkan dunia, namun mengambil dunia untuk kepentingan kaum muslimin yang nantinya menjadi sesuatu yang berharga baginya di akhirat.
2. Qona'ah
Dengan menerima apa adanya yang telah di berikan oleh Alloh, menjadikan seseorang merasa cukup dan tidak terlena dengan kemewahan dunia. Pada saat Umar bin Abdul Aziz seusai menguburkan jenazah khalifah sebelumnya ( Sulaiman bin Abdul Malik ) tiba-tiba meliau mendengar suara gemuruh yang mendekatinya. Beliau bertanya apa ini..? Mereka menjawab ini adalah kendaraan peninggalan kholifah, di siapkan agar sekiranya anda sudi menaikinya. Beliau memandang dengan sebelah mata dan berkata sambil terputus-putus karena kelelahan semalam suntuk tidak istirahat " Apa urusanku dengan kendaraan ini..? jauhkan ia dariku semoga Alloh  memberkahi kalian dekatkan saja bighol milikku itu, karena itu cukup bagiku.
3. Waro' dan meninggalkan syubhat
Pada suatu ketika Muhammad bin Sirrin membeli minyak dengan harga 40.000 dirham, dengan bayar belakangan. Akan tetapi setelah di periksa tenyata padanya terdapat bangkai tikus yang sudah membusuk. Dia berfikir " Minyak ini di tampung dalam satu wadah dan najisnya tidak hanya di sekitar bangkai itu…jika aku kembalikan pasti akan di jualnya kepada orang lain. Maka ia pun membuang semua minyak tersebut menjadikan ia terbelit hutang dan akhirnya di penjara. Setelah sekian lama di penjara penjaga penjara merasa iba karena ketekunan ibadahnya dan ia menawarkan kepada Muhammad bin Sirrin agar ia pulang pada siang hari dan kembali pada pagi hari, namun ia pun menolak. Penjaga pun bertanya mengapa engkau menolak..? Ia menjawab agar aku tak membantumu dalam mendurhakai pemerintah.

C. Jenis-jenis kasbul ma'asyi pada masa tabi'in/tabi'ut tabiin dan profesi yang paling mulia
1. Berdagang
2. Bercocok tanam
3. Ternak
4. Kerampilan tangan
5. Berperang
Di sebutkan di dalam Fathul Bari bahwa para ulama berbeda pendapat tentang penghasilan yang paling mulia. Al mawardi berkata:" Usul makasib adalah bercocok tanam, berdagang, dan keterampilan tangan. Menurut madzhab Syafi'i yang paling mulia adalah berdagang. Akan tetapi menurut saya adalah bercocok tanam". Adapun menurut Ibnu Hajar Al-Asqolani di atas itu semua ada yang lebih mulia yaitu: Pekerjaan tangan dalam jihad di jalan Alloh, karena di dalamnya terdapat unsur I'lau kalimatillah.
Referensi :
1. Al-qur'anul karim
2. Fathul Bari
3. Minhaajul Qosidin
4. Jejak para tabi'in
5. Al akhlaq Al-islamiyah wa asasuha
6. Mafaahimul qur’an fil aqidati wassuluk

TOLAK BALA’ DALAM PERSPEKTIF ISLAM  

Posted by: Uwais Abdulloh in

Oleh:
Uweis Abdulloh

Saudaraku… ada 5 perkara yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia dan ia akan senantiasa mengintai, mencari kesempatan selama 24 jam di mana manusia lalai untuk di jadikan mangsanya. Dan ternyata 5 perkara ini adalah penghancur segala kenikmatan dan rasa aman yang selama ini dapat kita rasakan. Kita semua sadar bahwa jaminan termahal di dunia ini adalah jaminan keamanan sehingga betapapun mahalnya dana yang harus ia keluarkan maka itu akan ia usahakan untuk mendapatkan jaminan keamanan. Demi keamana seorang Bush, maka kita bisa mengetahui berapa miliarkah dana yang di keluarkan untuk keamanan ketika datang ke Indonesia…? Berapa pesawat pesawat perangkah yang mengiringinya..? Berapa ribu pasukankah yang mengamankan sekitar bandara ketika itu…? Beda dengan Umar Ibnul Khottob, seorang khalifah yang menguasai sepertiga belahan dunia ketika itu. Suatu saat datang utusan dari romawi untuk bertemu dengan beliau, sangkaan awal seorang utusan ini bahwa umar bertempat tinggal di sebuah istana dan di kawal oleh pasukan bersenjata sekian banyak orang, namun betapa kagetnya utusan itu ketika di tunjukkan oleh masyarakat bahwa umar sedang tidur di bawah pohon korma sendirian…”Bagaimana mungkin seorang permimpin bisa setenang dan seaman ini” begitulah kiranya gumam sang utusan tadi.

Ikhwan sekalian…inilah gambaran tentang betapa mahalnya nilai keamanan tersebut, yang akan hancur dengan 5 perkara di atas. Betapapun kenikmatan mempunyai harta yang banyak, rumah dan kendaraan yang mewah, keturunan yang terpandang, hidangan yang lezat dan lain sebagainya namun apabila tidak di iringi rasa aman maka semuanya akan hampa. Rumah itu akan serasa kuburan, dan hidangan lezat itu akan terasa pahit dan sama sekali tidak membuat selera…

Oleh karena itu maka 5 perkara ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Dan sampai ia merebut keamanan tersebut dari diri kita.
1) Unsur yang buruk, nampak dan aktif
Di antara contohnya adalah orang-orang kafir, dan para perampok. Orang-orang kafir adalah merupakan petaka besar bagi kita karena tabi’atnya adalah memusuhi islam dan senantisa berusaha untuk menghancurkannya. Telah di abadikan di dalam Al-Qur’an bahwa Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
…………………………………………………………………………………………..
Meski secara dzohir mereka sangatlah baik dan sopan terhadap kita dan bahkan bisa memberikan bantuan bencana alam dan lain sebagainya, akan tetapi jangan sampai melenakan kita karena khabar dari Alloh pastilah benar, dan sejarah perjalanan umat islam memang tidak pernah sepi dari gangguan orang-orang kafir. Pada tahun 1994 di bosnia kehidupan antara muslim dan Kristen sangatlah rukun sampai di gambarkan oleh seorang penulis bernama Zlata dia adalah seorang gadis yang kedua orang tuanya adalah muslim, bahwa kaum muslimin pada saat itu hampir tak ada bedanya denga orang kafir. Ketika ada hari raya natalan kaum muslimin turut merayakannya, begitu pula tahun baru dan sebaliknya jika kum muslimin mempunyai hari raya merekapun turut mewarnai acara tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1992 terjadilah tragedi pembantaian, jutaan kaum muslimim terbunuh. Barulah mereka terperangah dan sadar akan pentingnya Al wala Wal baro’. Mereka berkata” Ternyata orang yang selama ini saya anggap baik telah membantai keluarga saya”.
Ikhwan sekalian…inilah satu dari sekian banyak fakta bahwa orang-orang kafir adalah ancaman bagi ketenangan hidup kita. Dan hal serupa dengan kejadian bosnia juga pernah tejadi di Indonesia namun sikap tidak mau tau sebagian kaum muslimin sajalah yang membuat mereka tidak mau mengambil pelajaran hingga hal serupa sering terulang dan memakan korban yang tidak sedikit. Demikian juga ancaman dari para perampok yang akan mengambil harta kita secara paksa bahkan akan membunuh kita juga merupakan ancaman bagi ketenangan kita yang senantiasa mengintai selama 24 jam.
2) Unsur yang buruk nampak namun pasif dan justru kitalah yang menuju kepadanya.
Inilah takdir buruk yang tidak kira duga-duga sebelumnya dan tanpa kita sadari justru kitalah yang menuju kepada takdir tersebut. Contohnya adalah, tabrakan ketika mengendarai kendaraan dan kecelakaan lain yang ini juga merupakan ancaman yang tidak akan pernah telepas dari 24 jam kehidupan kita.
3) Unsur yang buruk, tidak nampak namun aktif
Inilah syaitan yang tidak nampak oleh mata kita, tetapi mereka akan senantiasa aktif untuk merong-rong kebahagiaan kita karena pada hakikatnya mereka adalah musuh yang pasti. Syaitan akan menggunakan berbagai macam cara untuk mencelakakan kita mulai dari cara yang sangat halus sampai kepada cara yang sangat kasar. Sebagaimana syaitan telah berusaha mencelakakan nabi Ayyub mulai dengan cara yang halus sampai pada tingkatan membunuh keluarga, anak dan seluruh binatang ternak serta menimpakan penyakit kusta kepadanya. Inilah usaha yang syaitan lakukan untuk menghancurkan kebahagiaan kita. Dan apabila syaitan tidak mampu untuk merayu manusia itu maka dia akan menggunakan bala tentaranya yaitu orang-orang kafir dan para penyihir.
4) Unsur yang buruk, tidak nampak namun pasif dan justru kitalah yang menuju kepadanya
Dialah hawa nafsu kita. Tidaklah ada orang yang paling sengsara hidupnya di bandingkan mereka yang menuruti keinginan hawa nafsunya. Mereka tidak akan pernah merasa puas dan senantisa iri dengan kenikmatan orang lain. Perasaan inilah yang akan merong-rong jiwanya. Bahkan terkadang seseorang bunuh diri karena dorongan hawa nafsunya. Mungkin saudara sekalian pernah mendengar kisah Marlin Monroe seorang kaya yang mati bunuh diri, dan mungkin juga saudara pernah mendengar seoarang yang bernama galang anak iwan fals yang mati karena minuman keras dan obat terlarang.
5) Penyakit fisik
Ini pula merupakan ancaman bagi ketenangan hidup kita.

Ikhwan sekalian inilah 5 perkara yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Kalau boleh saya memberi tema pembicaraan saya pada malam hari ini adalah masalah tolak balak maka manusia secara umum dalam menolak datangnya 5 perkara di atas terbagi menjadi 2:
1) Orang yang jahil tidak faham agama
2) Orang yang faham agama

Orang yang jahil dalam tolak balak 5 perkara di atas akan menggunakan cara-cara yang syirik. Untuk mencegah gangguan syaitan maka ia akan datang ketempat-tempat keramat untuk memberikan sesaji, ketika rumahnya ingin agar tidak di masuki perampok, ingin terhindar dari penyakit maka ia datang ke mbah dukun, inilah cara-cara orang jahil dalam mencegah datangnya 5 perkara di atas.

Adapun orang-orang yang faham agama maka ia akan melakukan tolak balak dengan cara yang syari’i. Bagaimanakah tolak balak secara syar’ie tersebut?
1) Kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah
Yaitu dengan cara membacanya, memahami dan berusaha untuk mengamalkan. Sebagai contoh bagaimanakah al qur’an dan sunnah menolak balak yang datang dari orang kafir yaitu dengan di syari’atkannya jihad untuk melawan kedzoliman mereka. Alloh swt berfirman :
وقا تلوهم حتى تكون فتنة
Dengan demikian manusia akan hidup dengan sebagai mana pernah terealisasi pada masa kejayaan ummat islam pada zaman dahulu. Demikian pula di syariatkan untuk membelak hak milik kita sebagai mana di sebutkan dalam hadits:
من قاتل دون ما له فهو شهيد
2) Dengan banyak Dzikrulloh
Karena dengan banyak berdzikir kepada alloh menjadikan Alloh juga senantisa mengingat kita. Banyak terjadi unsur kedua yaitu gangguan syaitan/kesurupan di kalangan para wanita itu terjadi pada masa haidh. Karena di anggap waktu libur untuk berdzikit kepada Alloh. Nah pada saat itulah unsur kedua akan menyergap kita. Maka sebenarnya tidak ada waktu untuk libur dari berdzikir kepada Alloh meski dalam keadaan haidh, karena ia adalah protek yang cukup ampuh bagi diri kita dari gangguan syaitan.
3) Shodaqoh
Karena di dalam harta kita ada hak-hak orang yang membutuhkan bantuan maka harus kita keluarkan jangan sampai di ambil secara paksa oleh para perampok tersebut. Banyaknya terjadi kehilangan dan kerampokan itu di kalangan orang yang bakhil yang tidak mau menyumbangkan hartanya untuk yang membutuhkan bantuan
4) Menghindari barang yang haram, syubhat
Karena makanan yang haram akan menjadikan diri kita susah untuk mendekatkan diri kepada Alloh dan lebih cenderung untuk memperturutkan hawa nafsu kita. Dan kita ketahui bahwa mayoritas penyakit adalah berwal dari makanan dan mayoritas makanan yang menyebabkan penyakit adalah yang haram baik itu haram dari zatnya seperti babi, atau haram dari segi perolehannya seperti makan harta riba
5) Tidak Ghoflah / terlena dengan kehidupan dunia
Orang yang orientasi berfikirnya hanya masalah dunia tidak akan pernah merasa puas dengan yang ada dan akan senantisa berusaha untuk menuruti keinginannya meski menyiksa dirinya dan justru mengarahkan kepada kehancuran. Beda dengan mereka yang sadar akan kehidupan dunia maka ia tidak akan berlebihan dalam mencarinya keculi apa yang nantinya berguna di kehidupan akhirat kelak